Rabu, 04 Juli 2012

Sebuah Senyuman :)

Fajar telah menampakkan wajahnya. Suara jam yang berbunyi karena jarum jam yang telah menunjukan pukul 04.30. Aku pun terbangun dari mimpiku. Setelah aku bangkit dari ranjangku tak sengaja aku melihat foto yang aku pajang di kamarku. Aku tertawa kecil melihat foto sahabat- sahabatku yang aku benci dulu. Namaku Mareta Esterlin biasanya dipanggil Ester. Bagiku dulu tidak ada yang bisa membuat aku tersenyum kecuali kucingku. Ya aku memang begitu menyukai kucing, karna bagiku kucing merupakan hewan yang menerima majikannya apa adanya dan selalu setia (fikirku). Kata kasih sayang dan cinta gak pernah ada di kamus hidupku, ‘garing’ itulah fikiranku. Tidak seperti sahabatku di waktu sd (sekarang aku kelas 2 SMA). Kayaknya gak pantes di sebut seorang sahabat. Walau pun aku di sebut sahabat sejati dengan dia (citra) tapi sebenarnya aku ‘benci’ dengannya. Mungkin kata sahabat identik dengan baik, pengertian, selalu ada buat kita dan jika kita senang dia ikut senang. Tapi, enggak buat sahabatku. Sifat Citra Egois, kejam, gak punya hati dan yang paling penting dia bisa tersenyum jika melihat sahabatnya sengsara/ gagal. Pendapatku selalu salah di matanya dan pendapatnya pasti selalu benar. Sejak saat itu aku selalu dendam dengan semua orang yang menyakitiku. Hingga aku menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku diterima di smp yang bukan faforit. Karna semua itu aku makin merasa bahwa diriku tidak ada gunanya.
 Di SMP ini aku mempunyai 2 sahabat Sania dan Bunga aku menyukai mereka. Karna Sania dan Bunga sangat baik terhadapku. Walaupun begitu aku tetap pada pendirianku bahwa tidak ada yang menyayangi diriku secara tulus (walau hatiku berkata lain). Pagi ini begitu cerah aku duduk di kursi depan kelas sambil mendengarkan lagu kotak ‘lepaskanlah ikatan mu dengan aku biar kamu senang bila berat melupakan aku pelan- pe..’  buuk.., “aduh” aku memegang kepalaku dengan tangan kananku. Handphone ku terjatuh entah kemana. Kulihat bola basket yang tadi terlempar di kepalaku dan jatuh di kakiku. Tiba2 mataku bunar karna melihat ke arah  matahari. Lalu aku tidak bisa melihat apa-apa. Yang aku dengar hanya suara yang memanggil namaku dan akhirnya hilang.Saat ini aku  tidak tau ada di mana. Aku hanya membau minyak kayu putih yang tidak aku sukai. Aku membuka mata secara berlahan. Kulihat wajah yang tidak asing bagiku. “ Ester… kamu udah sadar” seru seorang wanita“Bunga.. Sania?” tebakku. “akhirnya kamu sadar, lama sekali kamu pingsan” ucap Bunga memberitahuku. Mata ku tertuju kepada sosok di samping Sania ‘cowok’  dan aku tidak mengenalnya. “Bung, apa dia temanmu?” sambil mengarahkan mata ku ke lelaki itu. “Aduh lupa, dia Rio cowok yang tadi.. yang tidak sengaja melempar bola ke arahmu” seru Bunga dengan nada yang makin di kecilkan. ‘Dasar.. liat aja nanti’ fikir dalam hatiku. “ Maaf tadi aku tidak sengaja melempar bola kearah mu” ucapnya sambil tersenyum ke arahku. Aku bangkit dari ranjang UKS “gak” jawabku singkat dan langsung pergi keluar UKS. Setelah kejadian kemarin Rio selalu saja mendekatiku untuk meminta maaf kepadaku.  Teet.. Teet
bel pulangpun telah berbunyi Rio menunggu didepan kelasku untuk yang kesekiankalinya“Hai ” sapa Rio setelah aku keluar dari kelas. “ Apa?” jawabku sinis.“ Seperti biasa aku mau minta maaf soal bola basket itu” ucapnya memohon“ yaudah aku maafin” jawabku“ kamu yakin? Kalau kamu sudah memaafkan aku. Bolehkan aku  jadi temanmu”Ucapnya meyakinkan“ iya.” Jawabku singkat dan langsung meninggalkan Rio.Karna semua itu aku makin dekat dengan Rio. Bagaikan seorang sahabat sejati. gak tau kenapa aku begitu nyaman dengannya bagaikan aku sudah gak sendiri lagi. Dimana pun aku butuh dia selalu ada. Bahkan melebihi Bunga dan Sania.            Pada hari ini pemilihan anggota osis. Aku ikut dalam calon anggota osis. Hingga pada akhirnya aku terpilih menjadi osis inti yaitu Bendahara. Setelah aku menjadi osis aku mengenal ‘Damba’ itu namanya. Cowok yang aku sukai karna dia cowok yang baik selain itu dia juga cakep. Aku tidak menyangka bahwa selama ini Damba adalah teman dekat Rio. Itu membuat aku senang ‘akan ada banyak peluang untuk aku dekat dengan Damba’ ucapku dalam hati.“ hei.. melamun aja” ucap Sania sambil menepuk pundakku. “ gak lucu ni” ucapku marah karna terkejut. Sania langsung duduk di sebelahku “ hei. Aku mau curhat” ucapnya dengan nada yang merayu. “Aku sedikit punya rasa dengan Damba ” ucapnya lagi. Akupun terkejut serasa jantungku berhenti sejenak. “ apa” ucapku dengan perlahan. Tet..tet bel masuk berbunyi Saniapun pergi dari bangkuku tanpa menjawab pertanyaanku. Selama pelajaran aku tidak sanggup untuk berfikir. Serasa semua fikiranku tertuju pada cerita Sania tadi.             Sudah satu satu tahun aku dekat dengan Rio, Sania,Damba, dan Bunga.Saat ini hari sudah pagi akupun menggerakkan kakiku menuju rumah Rio. Kulihat sosok wanita ke-ibuan di depan rumah Rio. Kakiku berhenti aku melihat Rio berbicara dengan orang itu. “oh iya aku akan melapor kepada kepala sekolah” itulah ucapan Rio yang bisa aku dengar. Wanita itu pergi, kulihat matanya basah seperti menangis. Tak lama aku langsung menghampiri Rio yang masih ada di depan. “ Rio, itu tadi siapa? Aku melihat wajahnya yang sedih” tanyaku. Tiba- tiba aku terkejut malihat mata Rio yang berbinar-binar seperti menahan tangis. “Damba sudah pergi menutup usianya” ucapnya dengan nada yang pelan dan seperti ingin membuat aku tenang.Setelah mengatakan itu aku tertekan. Aku mencoba menangis tetapi entah kenapa aku tidak bisa.            Semenjak kejadian itu selama seminggu aku menyendiri. Aku tidak menginginkan siapapun. Tetapi, Rio selalu menghiburku. Walaupun terkadang aku sering membuat dia menjadi pelampiasan kemarahanku. Dan akirnya Rio berhasil membuat aku bangkit kembali. Dia membuat aku seperti yang baru. Disaat itulah aku semakin dekat dengannya dan rasa yang aneh mulai datang di hatiku. Aku merasa senang dan nyaman dekat dengannya sepertinya aku mulai sayang dengannya entah rasa sayang apa sebagai sahabat atau yang lainnya. Saat ini yang tau perasaanku ke Rio hanyalah aku dan Bunga. Karna aku tidak ingin semua tau tentang perasaanku dan aku hanya ingin memendam perasaan ini saja.Aku memasuki kelas kulihat Sania duduk dibangkuku dengan muka yang muram. “Nia.. apa kau sakit ?” sambil meletakkan tanganku di kepalanya untuk melihat kesehatan Sania. Tiba-tiba Sania berdiri “ aku kecewa.” Ucapnya sambil air mata yang mengalir “ Sahabat macam apa kamu. Kenapa kamu tidak pernah bercerita kepadaku selalu saja bunga. Aku nyesel pernah kenal  kalian ber-2” diapun langsung pergi. Aku mendengar dari Bunga bahwa Sania telah tau tentang perasaanku yang dulu ke Damba dan juga perasaanku ke Rio. Sania marah karna dia merasa bahwa aku dan Bunga selalu menyimpan rahasia darinya.            Setelah itu terjadi Sania menjauhiku. Bukan hanya itu seringkali Sania menuliskan kalimat-kalimat di mading yang menjelek-jelekan aku dan Bunga (Sania anggota mading). Dia juga mulai berani mendekati Rio untuk menjauhkan aku dengannya. Karna itu akupun mulai menjauhi Rio. Pagi ini aku berangkat sekolah. Tidak seperti biasa kali ini aku berangkat sendiri tidak bersama Rio. Sesampai di sekolah aku tidak menyangka bahwa Rio sudah berada di kelas duluan. Kulihat dia melambaikan tangannya yang bermaksud untuk memanggilku. “he.. kenapa kamu sekarang sering sekali menjauhi aku” Tanya Rio penasaran “gak.. biasa aja” jawabku dengan nada yang terlihat malas. “besok aku mau ke Solo soalnya…,” “penting? Kalau iya bilang aja sama Sania. Bukannya kalian deket. kalau buat aku semua itu gak penting. Aku bahkan bahagia kalau kamu pergi ke Solo memang dari awal aku kan gak pernah suka sama kamu!” ucapku menyela pembicaraannya. Dia melihatku dan langsung pergi meninggalkan aku. Seminggu setelah itu aku sudah tidak pernah melihat Rio. Akhirnya aku memutuskan untuk datang ke rumahnya karna aku menyesal sudah berkata-kata yang jahat dengannya.            Aku telah berdiri di depan rumahnya. Aku terkejut melihat tulisan di gerbang rumahnya rumah di jual. Setelah aku bertanya kepada tetangga Rio ternyata Rio pindah ke Solo. Hatiku tertekan dan ini pertama kalinya aku merasa menyesal. Selain itu akupun menangis padahal tangisan terakhirku adalah ketika aku duduk di tk dulu. Alasan aku menangis karna aku merasa sendiri di dunia ini.Tak beberapa lama aku baru menyadari tentang kasih dan persahabatan yang sesungguhnya. Dan setelah satu tahun Rio pergi aku mulai membuka lembaran baru. Serasa aku lahir kembali. Sekarang aku sudah bisa memaafkan orang-orang yang telah jahat terhadapku.            Setelah aku lulus SMP aku diterima di SMA terfaforit. Dirumah aku membereskan buku smp yang akan aku berikan kepada adik kelasku. Aku melihat ada selembar kertas yang jatuh yang bertuliskan ‘tunggulah aku, aku pasti kembali. Tapi aku inginkan kamu yang baru. Bertanda Rio..,’. Aku tersenyum entah kenapa. ‘aku pasti menunggumu’ ujarku dalam hati. Di SMA ini aku mendapatkan teman yang baik.Bukan hanya itu hingga saat ini Sania dan Citra masih berteman denganku walaupun bukan sebagai sahabat. Setidaknya kita menjadi teman baik. Sedangkan Rio Dan Bunga menjadi sahabatku hingga saat ini. Hari ini pemilihan osis. Aku berniat untuk meneruskan osisku di sini tentunya dengan jabatan yang lebih tinggi.           “ Ester” ucap fifi teman sebangku ku. “ada apa?” balasku“ada panggilan calon osis di ruang BK” “ aneh semenjak kapan osis ngumpul di ruang BK?” tanyaku keheranan.Dengan penuh rasa heran aku melangkah menuju ruang BK. ‘mana yang lain? Kenapa sepi?’ bisik ku dalam hati setelah sampai di depan ruang BK. Aku memasuki ruangan tak kulihat satu orangpun ada dalam ruangan ini. “Ester” ucap seseorang dari belakangku. Entah kenapa jantungku berdetak serasa aku pernah mendengar suara itu. Pandanganku kuarahkan ke belakang. Tampak seorang laki-laki “ aku kembali dan janjiku kutepati” ucapnya. “Rio” balasku dengan pelan. Aku terkejut melihatnya karna ini pertama kalinya dia memanggil namaku. Aku tersenyum dengannya dengan air mataku membasahi pipi. Aku tidak tau kenapa aku menangis. Tapi yang aku tau aku benar-benar merindukan Rio. Semenjak itu aku mulai dekat lagi dengannya. Aku benar-benar tidak menyadari bahwa Fifi adalah saudara dari Rio.Dan sekarang Rio bukan hanya menjadi sahabatku tetapi dia telah menjadi seseorang yang special di hatiku (pacar).             Sekarang aku benar-benar berubah aku menyadari bahwa setelah aku berubah kebahagiaan muncul. Mulai dari mengerti arti persahabatan dan belajar tentang menyayangi seseorang. Karna itu mulai sekarang aku selalu menghadapi permasalahan dengan sabar dan sebuah senyuman. Selain itu aku dapat mengambil kesimpulan dari pengalamanku bahwa sebenarnya persahabatan itu begitu indah. Walaupun kita berbeda seharusnya perbedaan itu bukan menjadi keegoisan tetapi kita saling mengisi satu sama lain.  Persahabatan bukan terjadi ketika kita dekat dengan mereka dan mengatakan bahwa ‘dia sahabatku’ tetapi persahabatan akan terbentuk dengan sendirinya ketika kita bisa menerima kekurangan sahabat kita dan kita bisa menyayangi mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar